Jumat, 24 September 2010 | By: Pelajar Kreatif

Matikan TV, Waktunya Belajar Lagi!

Di zaman globalisasi, goblogisasi dan gombalisasi ini, manusia modern semakin tidak bisa bebas bergerak. Mereka sudah mulai tergantung, lebih tepatnya kecanduan, dengan produk-produk modern yang sebenarnya buatan mereka sendiri. Sebut saja TV, HP, game, alat-alat kosmetik (khusus para ladies), butik-butik kecantikan, internet, dan sederet produk lainnya. Peran media dalam hal ini sangat penting untuk menciptakan image pasar.

Ditambah lagi dengan masuknya pengaruh (negatif) budaya asing, mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai dalam masyarakat kita. Kita justru telah menyerap nilai-nilai destruktif seperti malas, boros, hedonis (memuja kesenangan), tidak disiplin, tidak bertanggung-jawab, rendah-diri di mata bangsa lain, menerabas (mengambil jalan-pintas alias mementingkan hasil daripada proses), percaya takhayul, beringas (bahkan kejam), dan lain sebagainya. Sifat menerabas misalnya tercermin dalam banyaknya pejabat yang korupsi serta banyaknya orang yang membeli gelar akademis palsu. Dalam beberapa tahun terakhir Transparency International bahkan menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara paling korup di dunia.
Kita dapat mengambil contoh mengenai budaya pop di lingkungan kita. Salah satunya ialah per-televisi-an. Apa menu yang setiap hari terhidang di TV saat ini? 1. Gosip; 2. Gosip; 3. Gosip;    4. Kekerasan; 5. Sinetron; 6. Iklan; 7. Berita yang isinya gosip (lagi), kekerasan (lagi), korupsi, dan topik-topik lain yang sedang ramai diperbincangkan. Repotnya acara-acara yang sebenarnya tidak boleh ditonton anak-anak, bebas tayang pada jam-jam anak-anak masih melek dan memelototi TV. Maka tidak heran kalau anak-anak sekarang banyak yang bergaya seperti artis, atau jadi korban iklan dan sinetron. Sebetulnya tidak jadi soal kalau figur yang mereka tiru memang pantas dicontoh. Masalahnya, apa yang tersaji di TV sekarang seringkali mengandung muatan negatif dan berlebihan. Lebay, kata anak muda sekarang.

Gosip? Untuk menbahas artis A berpacaran dengan artis B saja bisa ditayangkan berkali-kali. Belum saat A selingkuh dengan C, A putus dari B, A menikah dengan C, hingga akhirnya A harus bercerai dengan C.
Yang lucu, artis yang hamil di luar nikah, yang pada awalnya jadi bahan cemoohan, saking seringnya tayang di TV bisa berubah menjadi tokoh ibu teladan yang mendapat award bahkan akhirnya simpati penonton. Haha!
Sinetron? Kalau suatu sinetron ratingnya sedang bagus, pasti bakal dibuat berseri sampai tak terhingga. Sehingga yang tadinya masuk kategori sinetron ‘agak bermutu’ menjadi ‘gak mutu’. Setting dan adegannya seringkali tak masuk akal. Ada pemeran yang diceritakan sangat-sangat kaya, sangat-sangat kejam, atau sangat-sangat menderita. Atau ada anak kecil ajaib yang bisa mengalahkan apa saja dengan kekuatan supernya. Halah! Kalaupun, mengatasnamakan imajinasi, menurut saya jangan terlalu mengkhayal. Apalagi kalau dikisahkan seolah-olah itu kisah nyata. Anak-anak yang masih polos pasti bingung.
Berita? Sekarang yang sedang naik daun adalah para koruptor dan anggota legislatif yang banyak maunya. Tapi, biasanya, setelah diberitakan panjang lebar, berbelok-belok, hingga berbuih-buih, tak jelas bagaimana akhir ceritanya, diganti dengan topik yang lebih panas. Ah, capek deh…
Dimana keteladanan untuk pemirsa TV yang kebanyakan generasi muda?  Dimana acara-acara yang membangkitkan nasionalisme, solidaritas sosial, kesalehan, kemandirian, dan daya juang? Hhh…
Itulah yang disebut budaya pop. Budaya yang kini telah berubah wujud menjadi berhala yang disembah-sembah. Berhala itu kini bukan ditakuti, tapi justru disenangi dan digandrungi menjadi pujaan hati.
Mari kita batasi pemakaian TV kita. Seperti saya, yang hanya akan menyetel TV jika jamnya Kick Andy, Mario Teguh atau acara-acara layak tonton lainnya sedang tayang. Dengan maksud, agar saya tidak tertular virus ganas ‘Sinetronisasi’. Mari kita kampanyekan pada generasi muda kita, dengan slogan “Matikan TV, waktunya belajar lagi!”
READ MORE - Matikan TV, Waktunya Belajar Lagi!

Thumbnail Related Posts with Marquee (Berjalan)


Bagi anda yang sudah menggunakan atau ingin menggunakan Thumbnail Related Posts (artikel terkait bergambar), tentu akan lebih tertarik menggunakannya, karen tampilannya cukup menarik dengan adanya gambar, namun ada sedikit kekurangan dari tool yang satu ini, yaitu memakan banyak tempat di halaman blog. Maka dari itu, kebanyakan blog yang saya kunjungi meminimalkan jumlah related post tersebut, apalagi dengan ukuran halaman posting yang sempit. Maka dari itu untuk memaksimalkannya yaitu dengan alternatif marquee(berjalan).

Nah, untuk contoh Thumbnail Related Posting menggunakan metode Marquee ini bisa sobat lihat disini.

Pada postingan sebelumnya sudah dipaparkan cara membuat Related Posts + Thumbnail, sobat bisa menerapkan terlebih dahulu tutorial Thumbnail Related Postsnya disini, namun cukup terapkan Code CSSnya saja (Script code yg pertama)
Untuk membuat Thumbnail Related Posts ini agar bisa ditampilkan dengan jumlah yang banyak yaitu dengan metode Marquee, ada sedikit perubahan yang akan dilakukan pada script code yang kedua.

Nah, untuk memulainya :
1. Silakan lihat cara membuat Thumbnail related posts disini (Cukup terapkan code CSSnya saja/ code yang pertama)
2. Setelah sobat terapkan poin pertama diatas, sekarang silakan cari code ini :

<div class='post-footer-line post-footer-line-1'>

atau

<p class='post-footer-line post-footer-line-1'>


3. Jika sudah ketemu salah satu code diatas, letakkan code dibawah ini setelah salah satu code diatas :

<!-- Marquee Serbablog Related Posts with Thumbnails Code Start-->
<b:if cond='data:blog.pageType == &quot;item&quot;'>
<div id='related-posts'>
<b:loop values='data:post.labels' var='label'>
<b:if cond='data:label.isLast != &quot;true&quot;'>
</b:if>
<b:if cond='data:blog.pageType == &quot;item&quot;'>
<script expr:src='&quot;/feeds/posts/default/-/&quot; + data:label.name + &quot;?alt=json-in-script&amp;callback=related_results_labels_thumbs&amp;max-results=12&quot;' type='text/javascript'/></b:if></b:loop>
<h3><b>Related Posts</b></h3>
<marquee align='center' behavior='alternate' direction='left' onmouseout='this.start()' onmouseover='this.stop()' scrollamount='2' width='100%'>
<script type='text/javascript'>
var currentposturl=&quot;<data:post.url/>&quot;;
var maxresults=
10;
var relatedpoststitle=&quot;&quot;;
removeRelatedDuplicates_thumbs();
printRelatedLabels_thumbs();
</script></marquee>
</div><div style='clear:both'/>
</b:if>
<b:if cond='data:blog.url == data:blog.homepageUrl'><b:if cond='data:post.isFirstPost'>
<a href='http://serba-seru.blogspot.com/2010/02/thumbnail-related-posting-with-marquee.html' style='display:none;'>Thumbnail Related Post</a>
<a href='http://www.bloggerplugins.org/' style='display:none;'>blogger tutorials</a>
</b:if>
</b:if>
<!-- Marquee Serbablog Related Posts with Thumbnails Code End-->



- Untuk menampilkan jumlah postingan, sobat bisa merubah code yang berwarna merah
- Untuk mengganti title, sobat bisa merubah code yang berwarna biru

4. Simpan dan lihat hasilnya

Selamat berkreasi, Semoga bermanfaat
Thanx buat O-Om yang sudah menampilkan artikel ini, sukses buat semuanya
READ MORE - Thumbnail Related Posts with Marquee (Berjalan)

Stop ! Orang Miskin Dilarang Sekolah

Picture Pendidikan sedang dikapitalisasi dan diliberalisasi. Pembahasan RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP) telah selesai dan siap diujipublikan akhir 2007. Privatisasi pendidikan melalui BHMN/BHP membawa konsekuensi berupa pengelolalan lembaga/instansi pendidikan yang lebih otonom. Jika sebelumnya pengelolaan lembaga/instansi pendidikan khususnya negeri didominasi oleh pemerintah, maka dengan adanya privatisasi lembaga/instansi pendidikan memiliki kewenangan yang lebih dalam mengelola lembaganya. Anggaran pendidikan yang ditetapkan 20%, pada 2007 hanya Rp 90.10 triliun (11.8% dari APBN). Kini, peran pemerintah dalam pendidikan terus dikurangi, termasuk masalah dana. Konsekuensinya dana diambil dari masyarakat (SPP dan non-SPP). Sebagai contoh, ITB tahun 2007 butuh Rp 392 miliar, untuk itu diberlakukan SPP reguler 2006/2007 Rp 3.25 juta/semester; Sekolah Bisnis Manajemen dikenakan Rp 625.000,00/SKS. Fakultas Kedokteran salah satu PT di Jawa memungut Rp250 juta ? 1 milyar. Kalau ini terus berlanjut maka orang miskin ?dilarang sekolah?. Kapitalisasi dan liberalisasi ini berlaku mulai Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Kalaupun diterapkan subsidi silang, berapa banyak orang ?kaya? yang dapat menanggung? Bukankah ini sebuah diskriminasi? Prakteknya, tidak menunjukkan hal tersebut. Ketika dana dari pemerintah minim, kampus dijadikan alat untuk menghasilkan uang, atau dana berasal dari pinjaman asing. Akibatnya, terjadi ketergantungan dana pada pihak asing, khususnya Bank Dunia dan ADB. Hal ini menciptakan ?penjajahan? kurikulum, kultur, dan isi otak. Akibatnya, rakyat menjadi kuli di negerinya sendiri.
READ MORE - Stop ! Orang Miskin Dilarang Sekolah